Aptoodet.com – Jalan Pacuan Kuda di Surabaya menyimpan sejarah menarik yang mengingatkan kita pada masa ketika kuda menjadi moda transportasi utama sebelum munculnya kendaraan bermotor.
Di era Hindia Belanda, kuda tak hanya digunakan sebagai alat transportasi, tetapi juga menjadi bagian dari hiburan masyarakat, terutama warga Eropa yang tinggal di Indonesia. Salah satu bentuk hiburan itu adalah arena pacuan kuda, yang kini hanya tersisa dalam nama jalan.
Baca juga: KPU Karimun Siapkan Kursi Prioritas Setiap TPS untuk Pemilih Berkebutuhan Khusus
Jalan Pacuan Kuda, Jejak Arena Berkuda di Masa Lalu
Sebelum abad ke-20, kuda adalah pilihan transportasi darat yang paling populer. Saat itu, kendaraan bermotor seperti mobil masih langka dan mahal, sehingga masyarakat, terutama kaum Eropa, lebih memilih menggunakan kuda.
Bahkan, beberapa lokasi di Surabaya pada masa itu dikenal sebagai tempat penitipan dan perawatan kuda.
Keberadaan kuda sebagai bagian dari gaya hidup warga Eropa di Surabaya mendorong munculnya pacuan kuda, sebuah tradisi yang diadopsi dari Eropa.
Di Surabaya, terdapat dua arena pacuan kuda yang terkenal pada masanya, yakni di kawasan Sawahan dan Bendul Merisi.
Salah satu arena yang paling dikenal terletak di kawasan yang sekarang dinamai Jalan Pacuan Kuda, Sawahan.
Menurut Pegiat Sejarah Surabaya, Nur Satriawan, bentuk Jalan Pacuan Kuda pada masa itu sangat berbeda dibandingkan sekarang.
“Dulu, jalan itu merupakan tanah lapang melingkar, seperti arena balap kuda sesungguhnya,” ungkapnya. Kini, kawasan tersebut telah berubah menjadi jalan lurus yang dipadati permukiman dan kendaraan.
Baca juga: BPOM Soroti Kasus Keracunan Latiao: Pentingnya Kesadaran Konsumen
Kegiatan di Arena Pacuan Kuda
Pada masa kejayaannya, arena pacuan kuda di Surabaya dipenuhi oleh warga Eropa yang menjadikan tempat itu sebagai pusat hiburan sekaligus ajang sosial.
Pacuan kuda tak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga sarana berjudi. Namun, partisipasi pribumi sangat terbatas.
Nur Satriawan menjelaskan bahwa hanya kaum ningrat dan saudagar kaya yang bisa menyaksikan pacuan kuda.