“Dan itu coba kami rekonstruksikan kemarin, dengan 25 personel Polri mengangkat alat itu tidak mampu, jadi menggunakan forklift alat itu masuknya,” jelas Rheonald.
Keberadaan mesin cetak yang sangat berat ini menunjukkan bahwa sindikat tersebut benar-benar mempersiapkan dan melaksanakan rencana mereka dengan baik, bahkan sampai ke aspek logistik.
Setelah mesin uang palsu berhasil dibawa ke dalam kampus, penyelidikan lebih lanjut dilakukan. Ditemukan bahwa mesin tersebut telah berfungsi dalam mencetak uang palsu yang beredar.
Kejadian ini menunjukkan betapa rentannya institusi pendidikan terhadap penyalahgunaan fasilitas untuk kegiatan ilegal.
Baca juga: Yamaha Aerox Alpha: Motor Matic dengan Teknologi Turbo yang Menggoda
Implikasi Hukum dan Sosial Atas Mesin Uang Palsu
Kasus ini tidak hanya menyangkut tindakan kriminal, tetapi juga membawa dampak yang lebih luas bagi masyarakat.
Dengan keterlibatan seorang pejabat pendidikan, kepercayaan publik terhadap institusi tersebut dapat terguncang. Pendidikan seharusnya menjadi tempat yang aman dan mendidik, bukan sarana bagi tindakan kriminal.
Pihak kepolisian berkomitmen untuk menyelidiki lebih dalam jaringan di balik kasus ini. Penangkapan Andi Ibrahim dan sindikatnya menjadi langkah awal untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan.
Kasus ini menjadi pengingat pentingnya pengawasan yang ketat di lingkungan kampus untuk mencegah penyalahgunaan yang merugikan.
