Setelah melarikan diri, Assad kini berada di Moskow, di mana dirinya dan keluarganya telah diberikan suaka politik.
Kejatuhan rezim Assad menandai berakhirnya era kekejaman dan penindasan di Suriah. Selama bertahun-tahun, rakyat Suriah hidup dalam ketakutan dan penindasan di bawah pemerintahan yang tidak memberikan ruang bagi kebebasan berpendapat.
Banyak yang berharap bahwa kejatuhan rezim ini dapat mengakhiri praktik-praktik kejam yang telah menimpa rakyat Suriah.
Baca juga: Dari SPP Rp 3.500 ke Rp 250 Ribu: Evolusi PAUD Yuni Shara dan Perannya dalam Pendidikan
Reaksi Internasional dan Harapan Baru
Kejadian ini juga menarik perhatian komunitas internasional. Kremlin menyatakan bahwa mereka sedang berhubungan dengan para pemimpin oposisi bersenjata Suriah dan telah menjamin keamanan bagi pangkalan militer Rusia dan kantor-kantor diplomatik di Suriah.
Ini menunjukkan bahwa meskipun ada kekosongan kekuasaan di Suriah, kepentingan politik dan strategis masih menjadi perhatian utama bagi negara-negara besar.
Dalam sebuah pesan yang disiarkan di televisi pemerintah, para pemberontak mengumumkan bahwa mereka telah menggulingkan “tiran” Assad dan membebaskan tahanan yang ditahan secara tidak adil.
Warga di ibu kota Suriah terlihat bersorak di jalan-jalan Damaskus setelah pengumuman tersebut, menandakan harapan baru bagi masa depan negara yang telah lama dilanda konflik.
Penampakan istana Shaab yang mewah dan koleksi mobil mewahnya menjadi simbol kemewahan yang mencolok dibandingkan dengan kehidupan rakyat Suriah yang menderita di bawah pemerintahannya.
Tumbangnya rezim Assad membuka harapan baru bagi rakyat Suriah untuk membangun masa depan yang lebih baik, di mana keadilan dan kebebasan dapat ditegakkan.
Dengan semangat baru, rakyat Suriah kini berpeluang untuk membentuk kembali negara mereka, menjadikan pengalaman pahit masa lalu sebagai pelajaran berharga dalam perjalanan menuju kebangkitan dan kemerdekaan.
