Wawasan

Kisah dari Desa: Tradisi Pemakaman yang Menginspirasi

59
×

Kisah dari Desa: Tradisi Pemakaman yang Menginspirasi

Share this article
Kisah dari Desa: Tradisi Pemakaman yang Menginspirasi (unsplash.com)
Kisah dari Desa: Tradisi Pemakaman yang Menginspirasi (unsplash.com)

Aptoodet.com – Kehilangan seseorang yang kita cintai adalah pengalaman yang mendalam dan penuh emosi. Di desa Sumber Papan, terdapat tradisi yang kuat dan terarah terkait tradisi pemakaman warga desa saat ada orang meninggal.

Artikel ini akan membahas berbagai kebiasaan yang dilakukan oleh komunitas ini saat menghadapi duka, serta makna di balik setiap ritual.

Baca juga: Utusan Khusus Presiden: Ini Tugas-tugas, Gaji, Fasilitas dan Uang Pensiun

Pengumuman Kabar Duka

Ketika seseorang meninggal, keluarga terdekat segera mengumumkan kabar duka tersebut. Salah satu anggota keluarga akan pergi ke musolla terdekat dan mengumumkan berita ini melalui mikrofon, dilansir dari AINMadura.ac.id.

Hal ini berfungsi untuk memastikan bahwa seluruh tetangga dan masyarakat sekitar mengetahui situasi tersebut.

Dengan cepat, para tetangga pun hadir untuk memberikan dukungan. Sebagian laki-laki pergi ke kuburan untuk menggali liang lahat, sementara yang lain membantu mengurus pemandian jenazah.

Baca juga: Menyelami Keunikan Minuman Soju: Fakta, Manfaat, dan Efek Samping

Peran Perempuan dalam Tradisi

Di sisi lain, perempuan di komunitas ini memiliki peran penting. Sebagian dari mereka membantu di dapur, sementara yang lain mengaji Yasin dan membaca Burdah untuk mendoakan arwah yang telah pergi.

Tradisi pemakaman ini menunjukkan betapa pentingnya dukungan emosional dan spiritual dalam momen-momen sulit.

Selain itu, bagi pelayat yang membawa anak kecil, telinga mereka kadang-kadang diberi kapur dalam rangka membuang “ANJHEK” atau menolak bala.

Baca juga: BB Bayi Normal, Ini Patokan Sesuai Usianya

Ritual Pemandian dan Pemakaman

Setelah jenazah dimandikan, dikafani, dan dishalati, ada ritual khusus sebelum jenazah diantar ke kuburan.

Jenazah dibawa ke depan rumah dengan posisi menghadap rumahnya, sebagai bentuk pamitan terakhir.

Keluarga terkadang juga menjatuhkan genting dari atap rumah, yang melambangkan patahnya hati mereka karena kehilangan.

Leave a Reply