“Sarana yang digunakan masih jauh dari standar distribusi pangan yang baik dan benar,” kata Elin. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab produk yang beredar tidak aman dikonsumsi.
Temuan ini menegaskan perlunya pengetatan pengawasan terhadap sarana distribusi pangan, terutama untuk produk impor seperti latiao yang memiliki risiko kontaminasi lebih tinggi.
Baca juga: Asuransi Travel, Ini Jenis-jenis dan Manfaatnya
Edukasi Konsumen Jadi Prioritas
Kasus keracunan latiao menjadi pengingat pentingnya meningkatkan edukasi dan literasi konsumen terkait keamanan pangan.
Membiasakan membaca label produk sebelum membeli dapat menjadi langkah kecil yang berdampak besar dalam menghindari risiko kesehatan.
BPOM juga mengimbau masyarakat untuk lebih kritis terhadap produk yang beredar di pasaran, terutama produk impor yang belum memiliki izin edar resmi.
“Kesadaran konsumen adalah kunci utama dalam menciptakan lingkungan pangan yang aman dan sehat,” ungkap Taruna.
Kasus keracunan jajanan latiao yang melibatkan kontaminasi bakteri Bacillus cereus menjadi bukti nyata bahwa kesadaran konsumen terhadap keamanan pangan masih perlu ditingkatkan.
BPOM telah mengambil langkah tegas dengan mengamankan ribuan produk, menghentikan distribusi ilegal, serta memberikan edukasi kepada masyarakat.
Namun, peran konsumen dalam membaca label dan memilih produk yang aman tetap menjadi faktor krusial.
Dengan meningkatkan literasi keamanan pangan, risiko keracunan seperti yang terjadi pada kasus latiao dapat diminimalkan. Edukasi ini menjadi tanggung jawab bersama, baik pemerintah, distributor, maupun masyarakat.
Keamanan pangan adalah prioritas yang tidak boleh diabaikan, dan kasus latiao memberikan pelajaran penting bagi kita semua.